Aina Putri,sesosok wanita muslimah yang sangat hobi
mengoleksi jilbab dengan model dan tren terbaru.Aneka jilbab yang dia sukai
diantaranya jilbab Syahrini,jilbab motif bunga,jilbab segiempat,jilbab paris
border,jilbab mukena,dan jilbab payet gradasi dua warna.Semua itu dibelinya
melalui media online.Selain itu pula,dia juga membeli koleksi jilbabnya itu di
pasar Banjarbaru yang menawarkan harga terjangkau dengan kualitas jilbab yang
bermutu.Akan tetapi,diantara semua koleksi jilbabnya itu hanya koleksi jilbab
putih nan bersih yang sangat dia sukai.Jilbab putih polos tanpa ada corak warna
lain dan paduan gambar,sungguh melambangkan kesucian dari sang pemiliknya.Baginya
terasa tenang dan damai saat dia mengenakan jilbab putih.
Masa lalu terkadang mudah diingat dan dilupakan oleh
seseorang.Itu karena dibalik masa lalu tersimpan memori kenangan terindah dan
terburuk dalam hidup.Jikalau masa lalu dapat diputar ulang semua orang akan
bertindak lebih dewasa dalam menghadapi setiap episode kehidupan dan takkan
pernah melakukan hal yang menyebabkan penyesalan.Akan tetapi,masa lalu hanyalah
tinggal kenangan.Namun,tidak untuk Aina,baginya bayangan masa lalu takkan
pernah dikuburnya meski zaman telah berganti.Teringat olehnya bayangan masa
lalu ketika bersekolah di SMA 2 Banjarbaru saat dia bersama sahabatnya,Iwan.
“Betapa
cantik parasmu,Aina,mengenakan jilbab putih itu.Tidak ada sehelai rambut yang
terlihat dibalik jilbabmu.Sungguh tampak sholehanya dirimu,Aina.”kata Iwan
menatap teduh.
“Benarkah?Biasa
saja,semua wanita juga akan cantik dan sholeha mengenakan jilbab sepertiku.”
“Memang
benar,tapi bagiku engkau berbeda.”
“Maksudmu
mengajakku makan,ada apa?Bukan ada udang dibalik batukan?Biasanya kalau
mengajak makan begini pasti minta bantu kerjakan tugas.Iyakan?” tanya Aina
mengalihkan pembicaraan.
“Bukan,aku
ingin membicarakan sesuatu kepadamu.”
“Tentang
apa?”kata Aina bingung.
“Aku
ingin menjadi bagian dari hidupmu,menemani disetiap langkahmu.Aku…aku sangat
mencintaimu.Aku tidak ingin seperti siput yang bergerak lambat mengejar
cintamu.Apakah kamu mau menjadi cintaku?” tanya Iwan dengan serius.
“Katamu
kita selamanya akan menjadi sahabat.Tetapi,mengapa sekarang kau bilang itu kepadaku?”
“Aku
tidak ingin memendam rasa ini.Izinkan aku mencintaimu meskipun hanya satu
hari.”
“Kita
sudah lama bersahabat dan sampai kapan pun tetap sahabat.Jangan kau rusak
persahabatan kita hanya karena cinta.Ku bukanlah zigaz band yang bisa
menjadikan sahabat menjadi cinta.’
“Mengapa
sikapmu selalu seperti ini.Tidak peduli terhadap semua cowok yang
memperhatikanmu,termasuk aku.Apa tidak ada tempat dihatimu untuk berbagi sedih
dan tawamu dengan namanya lelaki?”tanya Iwan.
Aina hanya terdiam,bibir mungilnya
tertutup rapat.Namun,suara batinnya penuh keraguan akan apa yang harus dia
katakana kepada sahabat terbaiknya itu.Iwan memang sahabat yang sangat baik dan
suka menolong.Meskipun dia tergolong keturunan berdarah biru,dia tidaklah
sombong terhadap Aina yang hidup dalam kalangan sederhana.Iwan memang sosok
lelaki apa adanya dan jauh dari sikap pamer.Tak heran,Aina senang bersahabat
dengannya.
“Jawab,Aina.”
“Itu
hanya aku yang tahu.Sudahlah,aku mau pulang.Antarkan aku pulang sekarang.”
“Pulang
saja sendiri.”kata Iwan tidak peduli.”
“Dasar
kamu ini,kalau tahu jadinya seperti ini lebih baik aku menolak ajakanmu.Ya
sudah,aku pulang sendiri.’kata Aina penuh kekesalan.
Aina Putri bukanlah orang yang
berkarakter pendendam,tiada amarah dalam jiwa yang selalu memaafkan kesalahan
orang lain.Tetapi,tidak untuk hal yang satu ini.Dia tidak dapat memaafkan
perbuatan sahabatnya itu.Membiarkan dirinya pulang sendiri dengan berjalan
kaki.Dia harus menempuh perjalanan jauh dari jalan kemuning menuju gang bina
guna.Sungguh hal yang sangat melelahkan baginya yang tidak terbiasa berjalan
kaki.
Awan masih tersenyum dibalik langit
yang memancarkan cahaya terik.Dia melewati pinggir jalan kota Banjarbaru yang
dipadati oleh mobil sedan,kendaraan bermotor yang berlalu lalang.Tiada sebungkus
sampah yang terlihat,hanya pohon-pohon hijau nan rindang menghiasi bola mata
yang bergembira riang menatap sudut jalan.Dia menghela nafas bersama angin yang
memeluk tubuhnya.Dia bergumam dalam hati,”Mengapa pada saat genting seperti ini
dia lupa membawa dompet dan handphonenya?Bahkan Iwan tidak mengejarnya
pula.”Dia merasakan fisik dan batinnya lelah,hingga tetes air matanya mengalir
membasahi relung hati yang memendam kekesalan.Ingin dia naik ojek,tetapi tidak
ditemukannya di ruas-ruas jalan besar itu pangkalan ojek.Sisi batinnya
bimbang,mengkhawatirkan orangtuanya mencemaskan dirinya.Tetapi sang sahabat pun
menghentikan mesin kendaraannya tepat di posisinya.
“Ayo,cepat
naik.”
Aina menghentikan langkahnya yang
letih dan menghapus butiran air matanya.Ingin dia menjitak kepala sahabatnya
itu untuk membayar rasa kesal dan amarahnya.Tetapi,dia tidak tega.
“Baru
berjalan sedekat itu itu sudah menangis,apalagi jalan jauh.Kamu itu perlu aku
disampingmu agar kamu tegar.Mulai sekarang jangan sebut aku sahabatmu tetapi
sebut aku kekasihmu.”
Aina hanya diam membisu,tanpa
memperdulikan sebaris kata yang penuh makna.Naluri batinnya mengakui dia
mencintai Iwan.Apa yang kurang dari sosok Iwan?Tubuhnya kekar dan
berotot.Rambutnya tertata rapi dengan gaya potongan TNI.Hidungnya mancung
dengan bola mata yang tajam.Garis wajahnya sama dengan orang Arab.Gaya
pakaiannya cerminkan kedewasaan diri.Iwan sosok lelaki sempurna yang juga
peduli kesehatan.Baginya kesehatan merupakan aset yang berharga.Sehingga
cenderung dia menghabiskan sebagian uangnya hanya untuk membeli kesehatan.Dia
mengatur pola makan yang cukup dengan takaran gizi yang seimbang sehingga
staminanya kuat.Di samping itu pula,dia meminum suplemen kesehatan penambah
kebugaran tubuh.Itulah yang dia sukai dari sosok Iwan yang gemar
berolahraga.Namun,bukan hal itu yang sangat ia sukai darinya,tetapi akhlakul
karimah yang tergambar indah di hati Iwan telah membuka pintu
cintanya.Tetapi,baginya tidak pantas dirinya menjalin cinta dengan Iwan karena
perbedaan status sosial yang berbeda.Iwan bagaikan berlian sedangkan dirinya
hanyalah debu yang dapat ditiup oleh hembusan angin.
Jilbab putih telah tercermin bagikan
kebahagian yang takkan terlepas di relung hati Aina.Dia tidak kuasa melupakan
masa lalu.Hanya kenangan dibalik jilbab putih yang selalu dia ingat.Kenangan
yang terukir indah bersama Iwan sang pangeran cinta.Kehadiran Iwan dibalik asa
memeluk cintanya laksana untaian mutiara yang sangat berharga.Manis pahitnya
memadu cinta bersama seperti seindah bentangan pelangi diantara awan
putih.Banyak kerikil mewarnai alunan cinta mereka.Dari larangan orang tua Iwan
sampai hinaan yang dilontarkan oleh keluarga Iwan membuat batinnya lemah hingga
memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang baru terjalin itu.Tetapi Iwan menolak,cinta
mereka tetap kokoh seperti terumbu karang.Iwan yakin bahwa Aina belahan jiwanya
yang ia cari.Dia pun mengorbankan hartanya demi Aina untuk dapat melanjutkan
kuliah di Fakultas Kedokteran Lambung Mangkurat.Orang tuanya pasti bahagia
mendapatkan menantu dokter.Namun,benang-benang cinta yang telah terikat kuat
telah putus bersama seberkas kenangan yang pernah terjalin.Kenangan merajut
cinta selama enam tahun itu telah hancur,remuk seperti hempasan meteor hanya
karena pengkhianatan.Tetesan air mata mengalir hingga menjadi tangisan yang
tiada henti.Sedih bercampurkan amarah tercampur rata di ruang hatinya.Kini
impian membina kasih dimahligai pernikahan hanyalah tinggal sebutir pasir yang
tiada arti.
Bintang menampakan dirinya diantara
langit hitam yang bertahtakan malam.Rembulan terlihat merindukan bintang yang
bermandikan kegembiraan.Malam itu hening,bola mata Aina menatap kea rah sajadah
panjang.Dia hanyalah hamba yang lemah dan tak berdaya menghadapi beban
hidupnya.Hanya kepada-Nya,dia tumpahkan curahan hati yang menusuk sukmanya.Dia
menengadahkan tangannya memohon kepada Sang Pemilik Skenario Kehidupan sebait
doa untuknya yang di sana akan dikabulkan-Nya.Dalam butiran tasbih dia
lantunkan zikrullah.Bayangan masa lalunya diingatnya kembali.
“Soraya
sudah menjadi istri sholeha.Aku menasehati Anton untuk bertobat dan menikahi
Soraya.Syukurlah dia mau mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.Dan
Alhamdulillah,Allah menggugurkan janin yang berasal dari benih yang tidak halal
sebelum ikrar ikatan suci itu terucap.Semoga mereka menjadi keluarga
sakinah,mawadah,dan warahmah.Sekarang kamu percayakan kepadaku?Kalau Soraya
hamil bukan karenaku.”tanya Iwan memandang ke arah wajah Aina.
Sejenak Aina meneteskan air
matanya,selama ini hanyalah penilaian negative yang ada dibenaknya.Sehingga
membutakan mata hatinya untuk mempercayai sosok Iwan.
“Maafkan
aku telah salah menilaimu.”
“Sudah
ku maafkan sebelum kamu meminta
maaf.Jika seandainya aku benar-benar pergi dari kehidupanmu.Apakah kamu akan
menggantikanku dengan yang lain?”
“Jangan
berkata seperti itu,aku pasti tidak akan pernah bias menggantikanmu dengan
siapapun.”
“Benarkah?”
Aina hanya tersenyum seindah pelangi
dibalik jilbab putihnya.
“Terima
kasih sudah membuatku sukses seperti sekarang ini.Aku dapat menjadi dokter ini
karena bantuanmu.”
“Iya,coba kamu lihat
kedua orang tuaku,mereka ingin menjadikanmu menantu.Sebelumnya aku minta maaf
atas hinaan dan celaan dari orang tuaku sewaktu dulu.”
Aina
menatap ke arah rumahnya,dia pun berkata,”Iya,sudah kumaafkan.”
“Aku ingin mengikat janji suci,bersanding denganmu dalam
janur kuning.Jawab pertanyaanku,Aina.Apakah kamu mau menjadi istriku,menemani
dalam setiap langkahku.Ada banyak badai yang akan menghantam bahtera keluarga
kita.Apakah kamu menjadi istriku yang menegarkan jiwaku yang lemah ini?”tanya
Iwan dengan tatapan serius.
“Iya,tentu aku ingin menjadi istrimu.Aku akan setia dan
menegarkanmu,duhai calon imamku.”jawab Aina dengan tegas.
“Terima kasih,sungguh engkau calon isti sholeha.”kata
Iwan mengelus kepala Aina.
Rombongan
Maulid Habsyi dan mobil-mobil sedan yang terparkir rapi melaju meninggalkan
secercah canda tawa karena lamaran telah diterima.Bola mata Aina menatap mobil
yang bergerak jauh.Dia hanya
dapat berharap bersanding dengan sang calon imam.Akan tetapi,Sang Ilahi
menggariskan takdir lain.Mobil kijang Iwan yang ditumpangi keluarganya
mengalami tabrakan maut tepatnya di jalan Akhmad Yani.Sang tambatan hati
dilarikan ke rumah sakit Ratu Zalecha.Tubuh Iwan berlumurkan darah.Hanya Ayah
dan Ibunya yang dapat diselamatkan oleh dokter.Iwan tak bernafas,hanya kata
Laaillahilallah yang terucap di detik-detik hembus nafasnya.Dia telah
meninggalkan dunia menuju alam barzah.Hanya tangis yang tak berujung mewarnai
pemakaman Iwan.Di kuburan muslim itu,sang calon imam berkalang tanah.
Aina hanya dapat tawakal kepada-Nya
akan garis takdir yang Allah kehendaki.Karena jodoh,maut,dan rezeki hanya Allah
yang Maha Mengetahui.Inilah tabir kehidupannya,dia hanya dapat menerima
kuasa-Nya.Dia yakin bahwa semua itu merupakan yang terbaik yang diberikan Allah
untuknya.
Tidak ada yang harus dimiliki oleh
jiwa yang merasa memiliki.Semua akan kembali kepada-Nya dan tidak ada yang
kekal.Dia pun hanya dapat menangis dalam sujud tahajud-Nya yang menyimpan
kenangan dibalik jilbab putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar