Rabu, 24 Oktober 2012

Kenangan Di Balik Jilbab Putih


Aina Putri,sesosok wanita muslimah yang sangat hobi mengoleksi jilbab dengan model dan tren terbaru.Aneka jilbab yang dia sukai diantaranya jilbab Syahrini,jilbab motif bunga,jilbab segiempat,jilbab paris border,jilbab mukena,dan jilbab payet gradasi dua warna.Semua itu dibelinya melalui media online.Selain itu pula,dia juga membeli koleksi jilbabnya itu di pasar Banjarbaru yang menawarkan harga terjangkau dengan kualitas jilbab yang bermutu.Akan tetapi,diantara semua koleksi jilbabnya itu hanya koleksi jilbab putih nan bersih yang sangat dia sukai.Jilbab putih polos tanpa ada corak warna lain dan paduan gambar,sungguh melambangkan kesucian dari sang pemiliknya.Baginya terasa tenang dan damai saat dia mengenakan jilbab putih.
Masa lalu terkadang mudah diingat dan dilupakan oleh seseorang.Itu karena dibalik masa lalu tersimpan memori kenangan terindah dan terburuk dalam hidup.Jikalau masa lalu dapat diputar ulang semua orang akan bertindak lebih dewasa dalam menghadapi setiap episode kehidupan dan takkan pernah melakukan hal yang menyebabkan penyesalan.Akan tetapi,masa lalu hanyalah tinggal kenangan.Namun,tidak untuk Aina,baginya bayangan masa lalu takkan pernah dikuburnya meski zaman telah berganti.Teringat olehnya bayangan masa lalu ketika bersekolah di SMA 2 Banjarbaru saat dia bersama sahabatnya,Iwan.
“Betapa cantik parasmu,Aina,mengenakan jilbab putih itu.Tidak ada sehelai rambut yang terlihat dibalik jilbabmu.Sungguh tampak sholehanya dirimu,Aina.”kata Iwan menatap teduh.
“Benarkah?Biasa saja,semua wanita juga akan cantik dan sholeha mengenakan jilbab sepertiku.”
“Memang benar,tapi bagiku engkau berbeda.”
“Maksudmu mengajakku makan,ada apa?Bukan ada udang dibalik batukan?Biasanya kalau mengajak makan begini pasti minta bantu kerjakan tugas.Iyakan?” tanya Aina mengalihkan pembicaraan.
“Bukan,aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu.”
“Tentang apa?”kata Aina bingung.
“Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu,menemani disetiap langkahmu.Aku…aku sangat mencintaimu.Aku tidak ingin seperti siput yang bergerak lambat mengejar cintamu.Apakah kamu mau menjadi cintaku?” tanya Iwan dengan serius.
“Katamu kita selamanya akan menjadi sahabat.Tetapi,mengapa sekarang kau bilang itu kepadaku?”
“Aku tidak ingin memendam rasa ini.Izinkan aku mencintaimu meskipun hanya satu hari.”
“Kita sudah lama bersahabat dan sampai kapan pun tetap sahabat.Jangan kau rusak persahabatan kita hanya karena cinta.Ku bukanlah zigaz band yang bisa menjadikan sahabat menjadi cinta.’
“Mengapa sikapmu selalu seperti ini.Tidak peduli terhadap semua cowok yang memperhatikanmu,termasuk aku.Apa tidak ada tempat dihatimu untuk berbagi sedih dan tawamu dengan namanya lelaki?”tanya Iwan.
            Aina hanya terdiam,bibir mungilnya tertutup rapat.Namun,suara batinnya penuh keraguan akan apa yang harus dia katakana kepada sahabat terbaiknya itu.Iwan memang sahabat yang sangat baik dan suka menolong.Meskipun dia tergolong keturunan berdarah biru,dia tidaklah sombong terhadap Aina yang hidup dalam kalangan sederhana.Iwan memang sosok lelaki apa adanya dan jauh dari sikap pamer.Tak heran,Aina senang bersahabat dengannya.
“Jawab,Aina.”
“Itu hanya aku yang tahu.Sudahlah,aku mau pulang.Antarkan aku pulang sekarang.”
“Pulang saja sendiri.”kata Iwan tidak peduli.”
“Dasar kamu ini,kalau tahu jadinya seperti ini lebih baik aku menolak ajakanmu.Ya sudah,aku pulang sendiri.’kata Aina penuh kekesalan.
            Aina Putri bukanlah orang yang berkarakter pendendam,tiada amarah dalam jiwa yang selalu memaafkan kesalahan orang lain.Tetapi,tidak untuk hal yang satu ini.Dia tidak dapat memaafkan perbuatan sahabatnya itu.Membiarkan dirinya pulang sendiri dengan berjalan kaki.Dia harus menempuh perjalanan jauh dari jalan kemuning menuju gang bina guna.Sungguh hal yang sangat melelahkan baginya yang tidak terbiasa berjalan kaki.
            Awan masih tersenyum dibalik langit yang memancarkan cahaya terik.Dia melewati pinggir jalan kota Banjarbaru yang dipadati oleh mobil sedan,kendaraan bermotor yang berlalu lalang.Tiada sebungkus sampah yang terlihat,hanya pohon-pohon hijau nan rindang menghiasi bola mata yang bergembira riang menatap sudut jalan.Dia menghela nafas bersama angin yang memeluk tubuhnya.Dia bergumam dalam hati,”Mengapa pada saat genting seperti ini dia lupa membawa dompet dan handphonenya?Bahkan Iwan tidak mengejarnya pula.”Dia merasakan fisik dan batinnya lelah,hingga tetes air matanya mengalir membasahi relung hati yang memendam kekesalan.Ingin dia naik ojek,tetapi tidak ditemukannya di ruas-ruas jalan besar itu pangkalan ojek.Sisi batinnya bimbang,mengkhawatirkan orangtuanya mencemaskan dirinya.Tetapi sang sahabat pun menghentikan mesin kendaraannya tepat di posisinya.
“Ayo,cepat naik.”
            Aina menghentikan langkahnya yang letih dan menghapus butiran air matanya.Ingin dia menjitak kepala sahabatnya itu untuk membayar rasa kesal dan amarahnya.Tetapi,dia tidak tega.
“Baru berjalan sedekat itu itu sudah menangis,apalagi jalan jauh.Kamu itu perlu aku disampingmu agar kamu tegar.Mulai sekarang jangan sebut aku sahabatmu tetapi sebut aku kekasihmu.”
            Aina hanya diam membisu,tanpa memperdulikan sebaris kata yang penuh makna.Naluri batinnya mengakui dia mencintai Iwan.Apa yang kurang dari sosok Iwan?Tubuhnya kekar dan berotot.Rambutnya tertata rapi dengan gaya potongan TNI.Hidungnya mancung dengan bola mata yang tajam.Garis wajahnya sama dengan orang Arab.Gaya pakaiannya cerminkan kedewasaan diri.Iwan sosok lelaki sempurna yang juga peduli kesehatan.Baginya kesehatan merupakan aset yang berharga.Sehingga cenderung dia menghabiskan sebagian uangnya hanya untuk membeli kesehatan.Dia mengatur pola makan yang cukup dengan takaran gizi yang seimbang sehingga staminanya kuat.Di samping itu pula,dia meminum suplemen kesehatan penambah kebugaran tubuh.Itulah yang dia sukai dari sosok Iwan yang gemar berolahraga.Namun,bukan hal itu yang sangat ia sukai darinya,tetapi akhlakul karimah yang tergambar indah di hati Iwan telah membuka pintu cintanya.Tetapi,baginya tidak pantas dirinya menjalin cinta dengan Iwan karena perbedaan status sosial yang berbeda.Iwan bagaikan berlian sedangkan dirinya hanyalah debu yang dapat ditiup oleh hembusan angin.
            Jilbab putih telah tercermin bagikan kebahagian yang takkan terlepas di relung hati Aina.Dia tidak kuasa melupakan masa lalu.Hanya kenangan dibalik jilbab putih yang selalu dia ingat.Kenangan yang terukir indah bersama Iwan sang pangeran cinta.Kehadiran Iwan dibalik asa memeluk cintanya laksana untaian mutiara yang sangat berharga.Manis pahitnya memadu cinta bersama seperti seindah bentangan pelangi diantara awan putih.Banyak kerikil mewarnai alunan cinta mereka.Dari larangan orang tua Iwan sampai hinaan yang dilontarkan oleh keluarga Iwan membuat batinnya lemah hingga memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang baru terjalin itu.Tetapi Iwan menolak,cinta mereka tetap kokoh seperti terumbu karang.Iwan yakin bahwa Aina belahan jiwanya yang ia cari.Dia pun mengorbankan hartanya demi Aina untuk dapat melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Lambung Mangkurat.Orang tuanya pasti bahagia mendapatkan menantu dokter.Namun,benang-benang cinta yang telah terikat kuat telah putus bersama seberkas kenangan yang pernah terjalin.Kenangan merajut cinta selama enam tahun itu telah hancur,remuk seperti hempasan meteor hanya karena pengkhianatan.Tetesan air mata mengalir hingga menjadi tangisan yang tiada henti.Sedih bercampurkan amarah tercampur rata di ruang hatinya.Kini impian membina kasih dimahligai pernikahan hanyalah tinggal sebutir pasir yang tiada arti.
            Bintang menampakan dirinya diantara langit hitam yang bertahtakan malam.Rembulan terlihat merindukan bintang yang bermandikan kegembiraan.Malam itu hening,bola mata Aina menatap kea rah sajadah panjang.Dia hanyalah hamba yang lemah dan tak berdaya menghadapi beban hidupnya.Hanya kepada-Nya,dia tumpahkan curahan hati yang menusuk sukmanya.Dia menengadahkan tangannya memohon kepada Sang Pemilik Skenario Kehidupan sebait doa untuknya yang di sana akan dikabulkan-Nya.Dalam butiran tasbih dia lantunkan zikrullah.Bayangan masa lalunya diingatnya kembali.
“Soraya sudah menjadi istri sholeha.Aku menasehati Anton untuk bertobat dan menikahi Soraya.Syukurlah dia mau mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.Dan Alhamdulillah,Allah menggugurkan janin yang berasal dari benih yang tidak halal sebelum ikrar ikatan suci itu terucap.Semoga mereka menjadi keluarga sakinah,mawadah,dan warahmah.Sekarang kamu percayakan kepadaku?Kalau Soraya hamil bukan karenaku.”tanya Iwan memandang ke arah wajah Aina.
            Sejenak Aina meneteskan air matanya,selama ini hanyalah penilaian negative yang ada dibenaknya.Sehingga membutakan mata hatinya untuk mempercayai sosok Iwan.
“Maafkan aku telah salah menilaimu.”
“Sudah ku  maafkan sebelum kamu meminta maaf.Jika seandainya aku benar-benar pergi dari kehidupanmu.Apakah kamu akan menggantikanku dengan yang lain?”
“Jangan berkata seperti itu,aku pasti tidak akan pernah bias menggantikanmu dengan siapapun.”
“Benarkah?”
            Aina hanya tersenyum seindah pelangi dibalik jilbab putihnya.
“Terima kasih sudah membuatku sukses seperti sekarang ini.Aku dapat menjadi dokter ini karena bantuanmu.”
“Iya,coba kamu lihat kedua orang tuaku,mereka ingin menjadikanmu menantu.Sebelumnya aku minta maaf atas hinaan dan celaan dari orang tuaku sewaktu dulu.”
            Aina menatap ke arah rumahnya,dia pun berkata,”Iya,sudah kumaafkan.”
“Aku ingin mengikat janji suci,bersanding denganmu dalam janur kuning.Jawab pertanyaanku,Aina.Apakah kamu mau menjadi istriku,menemani dalam setiap langkahku.Ada banyak badai yang akan menghantam bahtera keluarga kita.Apakah kamu menjadi istriku yang menegarkan jiwaku yang lemah ini?”tanya Iwan dengan tatapan serius.
“Iya,tentu aku ingin menjadi istrimu.Aku akan setia dan menegarkanmu,duhai calon imamku.”jawab Aina dengan tegas.
“Terima kasih,sungguh engkau calon isti sholeha.”kata Iwan mengelus kepala Aina.
            Rombongan Maulid Habsyi dan mobil-mobil sedan yang terparkir rapi melaju meninggalkan secercah canda tawa karena lamaran telah diterima.Bola mata Aina menatap mobil yang bergerak jauh.Dia hanya dapat berharap bersanding dengan sang calon imam.Akan tetapi,Sang Ilahi menggariskan takdir lain.Mobil kijang Iwan yang ditumpangi keluarganya mengalami tabrakan maut tepatnya di jalan Akhmad Yani.Sang tambatan hati dilarikan ke rumah sakit Ratu Zalecha.Tubuh Iwan berlumurkan darah.Hanya Ayah dan Ibunya yang dapat diselamatkan oleh dokter.Iwan tak bernafas,hanya kata Laaillahilallah yang terucap di detik-detik hembus nafasnya.Dia telah meninggalkan dunia menuju alam barzah.Hanya tangis yang tak berujung mewarnai pemakaman Iwan.Di kuburan muslim itu,sang calon imam berkalang tanah.
            Aina hanya dapat tawakal kepada-Nya akan garis takdir yang Allah kehendaki.Karena jodoh,maut,dan rezeki hanya Allah yang Maha Mengetahui.Inilah tabir kehidupannya,dia hanya dapat menerima kuasa-Nya.Dia yakin bahwa semua itu merupakan yang terbaik yang diberikan Allah untuknya.
            Tidak ada yang harus dimiliki oleh jiwa yang merasa memiliki.Semua akan kembali kepada-Nya dan tidak ada yang kekal.Dia pun hanya dapat menangis dalam sujud tahajud-Nya yang menyimpan kenangan dibalik jilbab putih.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar