Lagi-lagi aku melihat dirinya bersama
Zahra, wanita yang dibilang sudah janda oleh sebagian masyarakat
kampungku. Zahra resmi menyandang status
janda itu tepatnya lima bulan yang lalu. Sekarang janda muda itu malah bersama
Kang Syafrudin yang aku cintai. “Mengapa sih dia bersama dengannya?” ucapku
lirih. Sorot mata sinis ini memandang ke
arah mereka berdua. Ada duri yang tertancap di hati. Sakit rasanya melihat
seorang yang dicintai bersama dengan orang lain lebih-lebih lagi bersama janda
muda yang beranak dua. Ku alihkan pradigma salah ini, ku coba menghampiri
keduanya.
“Assalamualaikum
Kang Udin.”
“Waalaikumsalam,
Dek Aisyah.”
“Mau
ke mana nih Kang?”
“Emm,
mau ke Jakarta.”
“Mau
ngapain, Kang?”
“Mau
nikah, Dek Aisyah.”
“Siapa
yang mau nikah, Kang? Akang yah sama Ka Zahra?”
“Bukan
Akang, Dek. Tapi, nih Ka Zahra yang mau nikah sama sepupu Akang.”
“Ternyata perkiraanku selama ini salah.
Aku kira Kang Syafrudin ada hubungan spesial dengan Ka Zahra. Eh, ternyata
tidak. Ya Allah, ampuni dosa hamba ini.” Ucapku dalama hati yang berdosa.Aku
pun mengatakan kepada mereka selamat atas kelangsungan pernikahannya dan juga
berdoa semoga pernikahan mereka langgeng sampai akhir hayat. Kang Syafrudin dan
Ka Zahra hanya mengatakan terima kasih atas doa yang terlontar pada mulut
mungil dari Aisyah.
*****
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar